Transformasi Ruang Sunyi
Oleh : Boeinkr
Perpustakaan, sebagaimana kita semua tahu, adalah sebuah ruang untuk menjelajah. Apakah itu sebuah penjelajahan sosial, politik, budaya, ekonomi, atau bahkan sains dan teknologi. Bukan itu saja, ia juga berfungsi sebagai ruang sosial yang mempertemukan individu menjadi sebuah kolektif-komunal. Namun pagi ini (5/10), C2O library menawarkan suasana yang berbeda. Dengan menggandeng beberapa UMKM dengan produk makanan atau minuman organik dan juga para pegiat yoga, perpustakaan yang berada di jalan Dr. Cipto nomor 22 Surabaya itu berubah menjadi sebuah medan transaksi dan jual beli serta gaya hidup sehat.
Ruangan itu kira-kira berukuran 6×6 meter. Di tengahnya terdapat satu tiang penyangga yang terbuat dari kayu. Cahaya matahari yang masuk melalui plafon membuat ruangan tersebut terlihat terang. Jam masih menunjuk di angka 9 pagi, ruangan yang sehari-harinya berisikan meja dan kursi digantikan oleh matras tipis yang digunakan sebagai alas. Tak kurang dari 10 orang sedang mempraktekkan yoga. Sekira 45 menit kemudian, pegiat yoga tersebut membereskan peralatan mereka, bertukar tempat dengan para pelaku UMKM. Isi ruangan berganti kembali dengan meja dan kursi di beberapa sudut.

Dibantu seorang lelaki tinggi tegap yang ternyata calon suaminya, perempuan dengan baju ungu dan kerudung warna senada itu mulai menata barang-barang yang nantinya akan menjadi sumber pemasukan tambahan mereka. Keduanya nampak penuh kehati-hatian dalam menata produknya. Di sudut lain, dua orang perempuan yang terlihat masih sangat muda, kira-kira awal 20an, mulai memindahkan jajanan dari kotak makan ke dalam sebuah etalase kecil yang sudah mereka persiapkan. Lorong selebar 3 meter yang menjadi jalur untuk masuk ke ruangan tersebut pun tak lepas dari persiapan para pelaku UMKM yang ingin menjajakan produknya.
Pasar Sehat, yang ternyata sudah berjalan selama 10 tahun ini menjadi event rutin sebulan sekali di C2O library. Lorong dan ruangan yang biasanya menjadi sudut nyaman para pengunjung untuk membaca, diubah menjadi tenant-tenant UMKM. Aroma buku digantikan oleh produk-produk organik langsung dari tangan pertama produsen. Intelektualitas bersanding dengan gaya hidup sehat. Sebutlah madu murni, jus tanpa tambahan gula, kue-kue dengan gluten free, kimchi, kombucha hingga tepache, minuman fermentasi nanas dari Meksiko. Rata-rata produk yang ditawarkan adalah makanan dan minuman organik. Namun bukan itu saja, salah satu tenant—by inkriya—menjual pernak-pernik juga karya seni ilustrasi digital buatan sendiri. ”Ini kali pertama saya ikut Pasar Sehat,” ujar kreatornya. Bahkan ada satu tenant yang menyediakan jasa menukar minyak jelantah dengan sejumlah uang.
Meski di luaran daya beli masyarakat tampak turun, namun itu tidak membuat Pasar Sehat terlihat sepi, warga terlihat antusias meramaikan event bulanan ini. Pengunjung mendatangi satu-persatu tenant, pun sesama pelaku UMKM saling mengunjungi tenant masing-masing dan melakukan jual beli. Ada komunikasi dan sedikit diskusi ekonomi lokal yang jarang kita temukan di pasar konvensional, pengunjung dan penjual saling belajar. Di antara hiruk-pikuknya transaksi, di tengah ruangan terdapat workshop singkat tentang celup kain. Beralaskan koran bekas, beberapa pengunjung—dan penjual juga—yang sudah mendaftar memperhatikan bagaimana narasumber berteori dan mempraktekkan ilmunya. Sesudahnya, ada satu komunitas yang mengajarkan bagaimana mengenakan jarik dengan benar dan bisa memadupadankan serta menjadikan itu sebagai fashion.
Sudah ada bazar atau pasar malam inisiatif dari pemerintah kota Surabaya, seperti di Kota Lama dan Kya-Kya. Namun Pasar Sehat menjual konsep yang sedikit berbeda. Dengan mengambil lokasi di sebuah perpustakaan di tengah kota, Pasar Sehat bukan hanya sekadar acara komunitas, namun merupakan representasi dari pergeseran budaya konsumsi menjadi lebih sehat, berkesadaran dan berkelanjutan. Karena sehat bukan melulu soal fisik, tetapi juga mental, spiritual dan intelektual. Event ini menjadi salah satu titik temu antara pecinta buku, pelaku usaha, pegiat yoga dan warga biasa. Perpustakaan tak lagi menjadi lorong kaku yang masyarakat jarang sekali mengunjungi. Di satu sisi kita bisa melihat ada yang berdiskusi tentang nutrisi, namun di sisi lain kita juga bisa melihat para pelaku UMKM yang sedang berkreasi membangkitkan lesunya ekonomi.
Sejak pagi, perpustakaan itu menjadi tempat di mana tubuh dan pikiran menemukan keseimbangan. Tergelincirnya matahari ke arah barat menjadi pertanda. Beberapa pengunjung sudah meninggalkan lokasi sambil membawa belanjaan mereka dengan wajah puas dan gembira. Pun beberapa tenant sudah mulai membereskan barang-barangnya. Sesekali terdengar riuh tawa kecil sesama pelaku usaha. Menjelang pukul 5 sore, C2O library kembali ke habitat asalnya; senyap, beraroma kertas dan tinta. Tidak ada sambutan atau kalimat penutup dari pejabat setempat, masing-masing menutup Pasar Sehat dengan doa, semoga Pasar Sehat membawa berkah dan manfaat baik untuk diri mereka sendiri maupun orang lain.






Post Comment