Short Video, Attention Span, dan Turunnya Skor PISA: Apakah Saat Ini Otak Kita Sedang Didesain Ulang oleh Algoritma?

Oleh: Redaksi


Beberapa tahun terakhir, skor PISA Indonesia terus menunjukkan tren yang memprihatinkan. Data OECD tahun 2022 menempatkan Indonesia dengan skor 366 untuk matematika, 359 untuk membaca, dan 383 untuk sains — seluruhnya di bawah rata-rata OECD. Di balik angka itu, ada fenomena yang mungkin tidak tercatat dalam grafik statistik: perhatian anak muda yang kian terfragmentasi.

Istilah attention span — rentang waktu seseorang mampu memusatkan perhatian — kini menjadi kunci dalam memahami kualitas belajar. Jika dua dekade lalu ancaman terbesar terhadap fokus pelajar mungkin televisi atau game online, maka kini ancaman itu ada di genggaman tangan: TikTok, Reels, dan Shorts.


Otak yang Dibanjiri Dopamin

Penelitian neuropsikologi menunjukkan bahwa setiap kali kita menonton video pendek, otak mendapat lonjakan dopamin — zat kimia yang memberi sensasi senang dan puas. Klip berdurasi 15–30 detik yang penuh kejutan dan hiburan melatih otak untuk mencari kesenangan instan, bukan proses yang berkelanjutan.

Fenomena ini disebut “dopamine-driven loop”. Begitu kita terbiasa dengan stimulus cepat dan berulang, aktivitas seperti membaca, belajar, atau memecahkan soal yang butuh waktu lama terasa membosankan. Otak yang terbiasa dengan “reward cepat” akan kesulitan menikmati “reward lambat” — termasuk belajar.


Bukti dari Lapangan: Studi di Indonesia

Sejumlah penelitian di Indonesia mulai memperkuat kekhawatiran ini.
Sebuah penelitian di IAIN Palangka Raya (2024) menemukan bahwa mahasiswa yang menonton TikTok lebih dari dua jam sehari mengalami penurunan produktivitas belajar hingga 35%, serta nilai akademik yang lebih rendah 12–15% dibandingkan kelompok nonaktif.

Penelitian lain di UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan mengungkap bahwa penggunaan TikTok secara intens berdampak pada gangguan fokus belajar dan kesulitan mempertahankan perhatian dalam jangka panjang.

Bahkan, tim mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) baru-baru ini meneliti fenomena ini dalam proyek berjudul “Short Video Storm: Menilik Pengaruh Konten Video Singkat terhadap Attention Span Pelajar dan Dampaknya terhadap Tren Penurunan Skor PISA.” Mereka menduga, banjir konten singkat yang dikonsumsi pelajar turut menyumbang pada penurunan kemampuan literasi — dan pada akhirnya, skor PISA nasional.


Dari Distraksi ke Degradasi

Data OECD juga mencatat bahwa sekitar 25% siswa di Indonesia mengaku mudah terdistraksi oleh gawai selama pelajaran berlangsung. Angka ini memperlihatkan bagaimana distraksi digital bukan hanya masalah perilaku individu, tapi juga budaya belajar.

Jika perhatian siswa terus terfragmentasi oleh notifikasi, video singkat, dan algoritma yang dirancang untuk mempertahankan keterlibatan (engagement), maka sekolah sedang berhadapan dengan tantangan yang tidak lagi sekadar pedagogis, tapi neurobiologis.

Kita tidak sedang hanya kehilangan waktu belajar. Kita sedang kehilangan kemampuan otak untuk menikmati proses belajar itu sendiri.


Mendidik di Era TikTok Brain

Pendidikan tidak bisa menutup mata dari perubahan biologis dan perilaku akibat paparan digital. Mengharamkan TikTok tidak realistis, tetapi membiarkan algoritma mendidik otak anak-anak kita jelas berbahaya.

Ada dua strategi yang bisa dilakukan:

  1. Digital Literacy 2.0 — bukan sekadar tahu cara menggunakan internet, tapi memahami cara kerja dopamine loop dan efek psikologisnya. Pelajar perlu sadar bahwa bukan hanya mereka yang “mengonsumsi” konten, tapi juga “dikonsumsi” oleh sistem rekomendasi algoritmik.
  2. Pelatihan Fokus dan Mindful Learning — sekolah perlu kembali menanamkan kebiasaan belajar yang berkelanjutan: membaca panjang, berdiskusi tatap muka, dan aktivitas tanpa distraksi digital. Fokus bisa dilatih, sebagaimana otot yang diasah.

Saatnya Menyelamatkan Atensi

Perhatian adalah mata uang baru abad ini. Mereka yang mampu mengelolanya akan unggul dalam belajar, bekerja, dan hidup. Tetapi jika seluruh generasi kehilangan kemampuan untuk fokus selama lima menit tanpa menggulir layar, maka kita sedang menuju krisis kognitif massal.


📚
Referensi singkat:

OECD (2022). PISA 2022 Results – Indonesia Country Note.

IAIN Palangka Raya (2024). TikTok Brain: Efek Video Pendek pada Daya Konsentrasi Mahasiswa.

UGM Student Research Team (2024). Short Video Storm and PISA Decline.

UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan (2023). Dampak TikTok terhadap Fokus Belajar Mahasiswa.

PMC (2023–2024). Short-Form Video Addiction and Attention Deficits Studies.


Post Comment