Ruang Ilmu Sepanjang Jalan Prof. Dr. Moestopo

Oleh: Respati Rafsanjani

Di Surabaya, Jalan Prof. Dr. Moestopo dikelilingi kampus, sekolah, dan rumah sakit — seolah kota ini sengaja menata dirinya agar selaras dengan sosok yang namanya diabadikan di sana. Seorang dokter, pendidik, dan pejuang yang percaya bahwa ilmu pengetahuan adalah senjata paling tajam dalam revolusi.

Prof. Dr. Moestopo seringkali terlupakan namanya, baik sebagai jalan maupun sebagai seorang tokoh. Masyarakat Surabaya sering lupa kalau jalan yang dimaksud adalah Jl. Prof. Dr. Moestopo, wajar sih karena di ruas jalan itu berjejer tempat tempat yang familiar maupun terkenal. Jadi masyarakat lebih mengingat tempat itu sebagai ancer-ancer daripada menyebutkan jalan itu sendiri. Lihat saja, berapa banyak tempat yang bisa dijadikan patokan. Dari barat ada kantor PDAM Surya Sembada Surabaya, sebelahnya ada SMAN 4 Surabaya kemudian di sebrangnya ada RS. Husada Utama. Lalu ada juga Kampus A Universitas Airlangga, sebrangnya juga masih lingkungan RSUD Dr. Soetomo dan yang terakhir flyover yang berada di atas rel kereta stasiun Gubeng itu juga masih ikut administratif Jl. Prof. Dr. Moestopo.

Banyak yang nggak tahu kalau Prof. Dr. Moestopo adalah seorang pembelajar, beliau adalah seseorang yang menempuh jalan hidupnya di jalan kesehatan dan pendidikan. Lahir di Kediri pada tahun 1913, beliau menempuh pendidikan sebagai seorang dokter gigi di Surabaya. Namun dalam situasi politik dan militer ketika pendudukan Jepang di Indonesia membuat beliau mengikuti pelatihan militer. Ada hubungan menarik antara apa yang ada di Jl. Prof. Dr. Moestopo secara geografis dan latar belakang beliau pada masa silam. Entah disengaja atau tidak disengaja, Jl. Prof. Dr. Moestopo di Surabaya dikelilingi oleh Universitas, Sekolah, dan Fasilitas Kesehatan yaitu Rumah Sakit baik Swasta maupun milik pemerintah. Ini justru sisi paling menarik dari sosok Prof. Dr. Moestopo yaitu pengabadian namanya menjadi jalan pada hari ini seperti cermin dari perjalanan hidupnya sendiri.

Sebuah keselarasan yang pasti antara apa yang pernah diperjuangkan Prof. Dr. Moestopo dan apa yang kini terjadi di sekitarnya. Jalan ini tidak menampilkan heroisme dengan patung atau tugu, tapi dengan aktivitas sehari-hari — suara mahasiswa berdiskusi, langkah dokter muda, dan deru ambulans yang membawa kehidupan. Semua itu terasa seperti kelanjutan dari cita-cita Prof. Dr. Moestopo, bahwa ilmu adalah bentuk perjuangan yang paling panjang usianya.

Jalan Prof. Dr. Moestopo berdiri dengan sebuah semangat bahwa pendidikan memang menjadi salah satu alat dalam perjuangan. Semangat yang beliau kobarkan tidak pernah hilang, hanya berganti wujud. Ruang ilmu yang masih bernafas dalam wujud pengabadian Prof. Dr. Moestopo sebagai jalan dan tempat menimba ilmu yang menempati jalan ini, sebuah romantisme indah, perwujudan kecil penghormatan rakyatnya kepada pahlawannya.

Post Comment